Adalah waktu yang tak pernah istirahat…
Menantimu dalam asap yang pekat
Menunggumu dalam dinding yang rekat
Merisaumu dalam rindu yang penat
Memikirmu dalam resah yang karat
untuk mencintaimu.
Adalah waktu yang tak pernah istirahat…
Menantimu dalam asap yang pekat
Menunggumu dalam dinding yang rekat
Merisaumu dalam rindu yang penat
Memikirmu dalam resah yang karat
untuk mencintaimu.
Setitik kerak menari di atas dahan
Mengembang tangan dan memutar kaki
Melompat tinggi dan membungkuk rendah
Tak seorangpun melihat
Hanya sekali angin menyapa pelan
Sehembus angin menari di udara
Memutar badan dan melipat kaki
Berlari kencang dan berjalan anggun
Tak seorangpun tak melihat
Tak ada yang menyapa
Dan kau,
Melempar batu ke danau
Tanpa birahi dan pikir
Harap menyudahi pedihmu
Namun tak kunjung akhir
Ombak yang menyapu pantai
Kau bunuh dengan pedihmu
Tak ada yang menghentikan
Kau…
Fana
Dan kau tak sanggup memandangi wajah yang tak bersahabat itu
Karena kau tahu
Luka-luka masa lalu masih tampak basah di wajah itu
Membuatmu sembilu perih rasamu
Namun, kau…
Melayang-layang kenangmu dalam bayang kelam itu
Kayuhmu tak kembara sewaktu muda usiamu
Karena kau tahu…
Hanya lelahmu yang setia bersemayam dalam tubuh rapuhmu
Namun, kau…
Merawat muram yang lama mengendapi hatimu
Terpotong riang menyurati hidup asamu
Hilang kau dalam siksa wajah itu
Namun, kau…
Tenggelam dalam pejam
Karena kau tahu
Kau menangis tersedu
Pada langit yang membisu
berseru akan matimu
Dan pada angin sepoi itu
kau pilih akhiri dirimu
Sedih terkumpul pada ego yang tersulam
Dan hatimu tersayat oleh kenangan masa suram
Namun kau diam
Dan sedu sedan itu mematikanmu
Melayang pada titik
Menghitam pada terang
Membara pada api
kau…
Mulai tenanglah pikir
Kita tak akan menyingkir
Dari kisah yang terukir
Kita tahu tak ingin akhir
Mari bersama kita jalani
Masa depan yang diingini
Teruslah kau mengasihi
Biar mati yang sudahi
Dan kita harus menggenggam tangan
…menguat
Karena luka akan terus berdatangan
…mengikat
Maka peluklah aku dengan mesra
Lebih mesra dari biasanya
Dan biarkan waktu berjalan
Kita tak akan pedulikan
Waktu itu sepi mengajakku pergi
Di kala waktu telah menipis lagi
Pandangku cakrawala ujung pantai
Dipeluknya aku merangkai imaji
Kemudian hilang sepi tinggal sendiri
Terduduk aku di pasir tari
Menunggu kabar sang sepi
Berjejal aku dengan rindu kuasa hati
Tenggelamku dalam gelombang tepi
Matiku terbentur karang harmoni
Aku sadari…
Sepiku tak pernah datang kembali~
Mendung menyelimuti angkasa
Namun terang masih berkuasa
Rinai berjatuhan tapi mereda
Angin berhembus menembus dada
Sepi merasuki diri ini
Rindu mulai penuhi hati
Gundah meracau orak ini
Semua tak mau berhenti
Sayangnya kau tak ada di sisi
Membantuku lawan dinginnya sepi
Menemani diri hindari sunyi
Menghilangkan duka dari hati
Kemarilah, Manisku
Aku bosan dengan pikiran
Aku penat membayangkan
Aku lelah selalu sendirian
Kemarilah, Manisku
Jarak adalah musuh kita
Rindu membentuk imaji kita
Kenangan melemahkan kita
Tapi kamu, Manisku
Adalah cintaku. Segalanya untukku
Cepatlah temui diri ini
Maka kuberikan apapun untukmu
Karena setitik bulir dari hujan
Membuatku selalu pikirkan dirimu
Seorang yang pertama kulihat sedang berteduh
Melindugi diri dari hujan dan angin dingin
Karena setitik bulir dari hujan
Mampu meneriakkan namamu
Membuatku selalu tertawa ingat suaramu
Tatkala kau gugup dan terlihat sangat lucu
Karena setitik bulir dari hujan
Membuat jantungku berdegup kencang
Ketika kita berdansa di bawah hujan
Tatkala berdua melawan sedih yang mendera
Setitik bulir dari hujan
Mampu menyadarkan diriku
Aku sekarang mendambamu
Bahkan sejak pertama melihatmu
Hanya karena setitik bulir dari hujan
Aku mencintaimu sepenuhnya
Disana ada Anjing-anjing yang berkeliaran
Menyusuri tanah hitam gersang kekeringan
Melintas penuh dengan kesombongan
Merasa dia adalah satu-satunya kebenaran
Dibawahnya tikus-tikus berlindung padanya
Berdenyit bodoh bertuan si Anjing sombong
Makanan sisa tuan dimakannya tak rasa hina
Entah apa yang dipikirkannya mendukung si Anjing
Lebih bawah lagi ada semut kecil
Mengangkat derajat Anjing liar dengan kelemahannya
Menjadi pijakan tikus bodoh yang tak tahu balas jasa
Semut itu menerima ketidakadilan semesta
Semut kecil pernah melawan dan memberontak
Tapi diinjak dan dibungkam oleh Anjing
Tak berdaya, kini semut kecil memilih diam
Berjibaku dia dalam kesengsaraan
Aku bersamamu semut malang
Dari kaca sebuah jendela
Aku memandangmu suka
Aku melihatmu tertawa
Aku menitipkan salam padamu
Dari kaca sebuah jendela
Aku memendam rinduku
Aku memikirkan dirimu
Aku mengharap hadirmu
Aku menyimpan rasaku
Dari kaca sebuah jendela
Aku bertanya-tanya
Kapan aku dan kamu bisa bersama?
Akan ku katakan segalanya
Dari kaca sebuah jendela
Aku mencintaimu sepenuhnya